Cuaca ekstrem menjadi ancaman tingginya tingkat inflasi tahun 2010.
Karena cuaca ekstrem akan mempengaruhi ketersediaan kelompok bahan pokok.
Hal ini dikatakan Deputi
Gubernur Bank Indonesia (BI), Hartadi A. Sarwono disela-sela acara Pelantikan
dan Serah terima Jabatan Pemimpin Bank Indonesia Solo di Solo, Senin (17/10).
"Perekonomian Indonesia lebih kokoh selama tiga tahun
terakhir ini, tetapi karena cuaca ekstrem seperti yang terjadi saat ini menjadi
ancaman bagi inflasi tahun 2010," ujarnya.
Lebih lanjut Hartadi mengatakan, cuaca memengaruhi ketersediaan
bahan pokok makanan terutama beras. Jika ketersediaan bahan pokok terganggu,
hal tersebut memengaruhi harga bahan pokok di pasaran yang akan menyebabkan
inflasi lebih tinggi.
"Jika ketersediaan bahan pokok hingga akhir tahun ini masih
tersedia, maka tingkat inflasi kita akan aman. Kalau ketersediaan pangan
terganggu, pemerintah harus membuka keran impor bahan pokok seperti
beras," ungkapnya lagi.
Sebab krisis pangan akibat cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di
Indonesia, tetapi juga terjadi di belahan dunia lainnya, sehingga negara-negara
lain juga berlomba-lomba untuk impor beras. Jika impor tidak segera dilakukan,
maka Indonesia akan bersaing dengan negara lain sehingga harga beras akan
tinggi.
Tetapi rencana impor tersebut ternyata tidak direspon positif oleh
pengusaha. Padahal impor beras tidak akan mempengaruhi pasar domestik, sebab
beras yang diimpor haruslah beras kualitas tinggi. Karena, untuk beras kualitas
sedang dan rendah masih bisa diperoleh di Indonesia.
Sementara itu disektor perbankan, Hartadi mengatakan untuk saat
ini perbankan harus bisa mengurangi pembiayaan untuk sektor otomotif. Sebab,
saat ini sektor otomotif tengah mengalami titik jenuh. Sehingga BI mendorong
kepada perbankan untuk mengalihkan sektor lain seperti Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) atau potensi yang lebih menjanjikan.
"Sebab masing-masing daerah memiliki potensi yang
berbeda-beda. Untuk UMKM, BI terus mendorong perbankan untuk memudahkan bagi
sektor ini untuk mendapatkan kredit dengan mudah. Sebab lama ini masih banyak
UMKM yang belum mendapatkan layanan kredit dari perbankan," paparnya.
Sementara itu Pemimpin Kantor Bank Indonesia (KBI) Solo kemarin,
diserahterimakan dari Pemimpin KBI yang lama yakni Dewi Setyowati kepada
Pemimpin KBI Solo yang baru, Doni P. Joewono yang sebelumnya menjabat sebagai
peneliti ekonomi madya, ketua tim makro dan regional,
Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Jakarta. Sedangkan Dewi Setyowati selanjutnya akan menjabat sebagai Pemimpin
Bank Indonesia Yogjakarta. (Endang Kusumastuti)
Sumber : Suara karya
Sumber : Suara karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar